Rabu, 31 Desember 2014

Lukisan Cinta Sang Mentor

Teruntuk engkau yang baru memulai berbagi dalam perjalanan dakwah ini......
- - - - -
Masih terbayang kuat wajah-wajah saudara baru kami, para mentee yang hadir dalam kehidupan baru kami, sang mentor pemula. Entah kekuatan apa yang menggerakkan hati kami untuk mau mengikuti sebuah agenda seleksi penerimaan mentor baru sehingga status mentor pendidikan agama islam tersemat dalam diri kami. Berawal dari mentoring, kami dan saudara-saudara kami dipertemukan. Dalam lingkaran kecil yang penuh arti. Lingkaran, sebuah bangun datar dua dimensi yang memiliki jari-jari yang sama antara titik tengah dengan titik di sekelilingnya. Memiliki diameter yang sama antara titik satu dengan titik di depannya, dan begitu rapat antara titik satu dengan titik di sampingnya.

Pertama kali berjumpa dengan para mentee, sekujur tubuh terasa kaku, lisan menjadi kelu. Apakah pantas kami mentor? Dengan memperkuat komitmen bahwa kami harus bermanfaat bagi orang lain dengan sedikit hal yang kita punya. Mungkin, banyak yang menanyakan, ilmu agamanya sedikit kok berani-beraninya ngajarin orang? Tidak, Allah Yang Maha Mengetahui, lebih tahu apa yang ada di dalam diri orang, dan Allah Maha Berkehendak punya hak untuk memberikan hidayah kepada siapapun dengan perantara siapapun dan bagaimanapun caranya. Karena Allah, pemilik otoritas tertinggi bagi hambanya dan akan menunjukkan jalan-jalan keislaman dan keimanan bagi siapapun yang senantiasa terus mau berbagi dengan sesama.
Pertemuan pertama dengan para mentee, kami ingin menghadirkan sesuatu yang ‘menggoda’ mereka. Karena kesan pertama akan menjadi pijakan ke langkah berikutnya.  Usai mentoring perdana, kami mengevaluasi kegiatan mentoring dari salam pembuka hingga penutup. Ternyata ada sesuatu hal yang terlewat, semoga jadi catatan untuk pertemuan berikutnya. Kami berusaha menangkap ekspresi wajah para saudara baru kami selama acara. Ada yang semangat, ada yang datar, ada yang rasa ingin tahunya tinggi, dan ada pula yang kurang atensinya. Inipun jadi catatan kami, perhatian seperti apa yang harus kami persembahkan untuk saudara-saudara kami?
Pertemuan selanjutnya, beberapa saudara baru kami tidak dapat hadir. Ada yang izin, ada yang tidak. Demikianlah dinamikanya, kami berusaha mengedepankan khusnudhon, semoga di pertemuan selanjutnya yang tidak berkesempatan hadir, dapat duduk kembali bersama kami di lingkaran kecil ini. Lingkaran yang dinaungi sayap-sayap malaikat yang tak terlihat oleh kasat mata, yang di sana para malaikat mengamini do’a-do’a kita selama kita duduk khusyu’mengingatNya.
Pernah diungkapkan dalam sebuah hadits ketika seorang shahabat bertanya kepada Rasulullah, bagaimana dengan orang yang tidak memiliki kepentingan di suatu majelis ilmu (bukan bagian dari mereka) atau yang datang hanya dengan membawa diri saja? Rasul mengatakan bahwa merekapun tetap akan memperoleh keberkahan darinya. Apalagi yang meniatkan sejak awal dan larut dalam nuansa ruhiyahnya? Allahu akbar!
Selama pertemuan indah itu, kami berusaha mengukir cinta di hati mereka, para mentee yang kami sayangi. Cinta yang membekas di hati, cinta yang dalam karena Allah. Dan berharap hati mereka beresonansi dengan hati kami. Menyatu dan melebur dalam cintaNya.
Kami senang, kala kami tak dapat menjawab pertanyaan mentee kami. Ini berarti, kami harus menanyakan kepada orang yang lebih faham tentang hal itu. Dari situ pulalah kami belajar. Kami senang, kala kami harus mencari ide-ide baru untuk menyampaikan materi supaya mudah diterima oleh mereka. Kami senang, jika bacaan alqur’an mereka lebih baik dari kami, berarti kami bisa belajar juga darinya. Kami tak kan pernah malu untuk belajar dari mentee kami. Karena kamipun sedang belajar. Tak ada perbedaan di lingkaran ini. Kami senang, kala ada sms dari mentee, “Kak, kapan kita mentoring lagi? Aku menanti-nantikan perjumpaan kita kembali” atau “Kak, aku telah belajar tentang sesuatu hal di mentoring kali ini.” Allahu akbar! Sungguh indah kata-kata itu. Kamipun rindu dengan pertemuan itu. Dan kesenangan itu, kami kembalikan kepadaNya yang telah memberkahi aktivitas kami yang sederhana tapi penuh makna, mentoring.
Jika Allah menitipkan nikmat kepada kami, kami ingin membagikannya pula kepada mereka. Supaya merekapun dapat menikmatinya. Kami ingin, ukhuwah islamiyah terbentuk di lingkaran mentoring ini. Kami saling mengenal, saling memahami, saling menolong dan saling mendahulukan saudara satu sama lain (kecuali dalam hal ibadah). Terbayang wajah mentee kami di do’a-do’a kami, mengharap kebaikan-kebaikan juga melekat pada diri mentee-mentee kami. Kami berusaha menerima apa yang ada di dalam diri mentee kami, dan berupaya menanamkan cinta akan islam di hati mereka. Indahnya…,
Kami malu jika datang terlambat. Kami malu jika tidak mampu memberikan keteladanan. Kami malu jika mereka tidak dapat tumbuh-berkembang dengan baik. Kami malu kepada Allah. Ketika kami harus membersihkan hati-hati mereka, maka kami harus membersihkan hati kami terlebih dahulu. Dan senantiasa meminta kepada Allah untuk diberikan rahmat dariNya, sehingga kami dimudahkan dalam menyampaikan ilmu dan mereka dimudahkan dalam menerima sekaligus menginternalisasi ilmu.
Kami tersenyum kala mentee kami memperoleh prestasi. Prestasi dalam peningkatan ruhiyah, jasadiyah dan fikriyah. Kami bersedih jika mereka mengalami penurunan prestasi. Kami ingin, mentee kami mengembangkan sayap kesuksesannya di jalan yang diridhoi oleh Allah swt. Kami berharap, kami dikumpulkan kembali oleh allah swt di syurgaNya kelak, dengan wajah yang berseri-seri. Dan kami bersyukur kepada Allah yang sudah menautkan hati kami dengan mentee kami. Karena kami tak kan mungkin dapat menautkan hati di antara kami meskipun kita membeli hatinya dengan dunia seisinya. Jikapun ada orang yang merasa tertautkan hatinya dengan orang lain bukan karena Allah, maka tautan hati itu akan lepas di akhirat kelak dan akan menjadi musuh satu sama lain. Namun di mentoring ini, kami ingin menguatkan tautan hati karena Allah semata, bukan karena yang lain. Insya allah. Jika di pertengahan atau di akhirnya ada mentee kami yang melepaskan diri, kami harap suatu saat Allah akan mengembalikannya ke lingkaran ini dengan keadaan yang lebih baik.

Kanvas, cat dan kuas yang berada di genggamanmu telah siap untuk membuat karya lukisan yang menawan. Lalu, siapkah dirimu untuk menorehkan warna yang pertama dan melanjutkan lukisan cintamu hingga akhir?


---teruntuk para mentor yang masih menjaga kemurnian niatannya karena Allah dan menginginkan perubahan---

1 komentar:

  1. Assalamu 'alaikum
    Mohon izin share via WA ya, untuk menyemangati saudara-saudara.
    Saya cantumkan "Oleh: Gitahawarry"
    Jazakumulloh

    BalasHapus