Teruntuk engkau yang baru memulai berbagi dalam perjalanan dakwah ini......
- - - - -
Masih
terbayang kuat wajah-wajah saudara baru kami, para mentee yang hadir dalam
kehidupan baru kami, sang mentor pemula. Entah kekuatan apa yang menggerakkan
hati kami untuk mau mengikuti sebuah agenda seleksi penerimaan mentor baru sehingga
status mentor pendidikan agama islam tersemat dalam diri kami. Berawal dari
mentoring, kami dan saudara-saudara kami dipertemukan. Dalam lingkaran kecil
yang penuh arti. Lingkaran, sebuah bangun datar dua dimensi yang memiliki
jari-jari yang sama antara titik tengah dengan titik di sekelilingnya. Memiliki
diameter yang sama antara titik satu dengan titik di depannya, dan begitu rapat
antara titik satu dengan titik di sampingnya.
Pertama
kali berjumpa dengan para mentee, sekujur tubuh terasa kaku, lisan menjadi
kelu. Apakah pantas kami mentor? Dengan memperkuat komitmen bahwa kami harus
bermanfaat bagi orang lain dengan sedikit hal yang kita punya. Mungkin, banyak
yang menanyakan, ilmu agamanya sedikit kok berani-beraninya ngajarin orang?
Tidak, Allah Yang Maha Mengetahui, lebih tahu apa yang ada di dalam diri orang,
dan Allah Maha Berkehendak punya hak untuk memberikan hidayah kepada siapapun
dengan perantara siapapun dan bagaimanapun caranya. Karena Allah, pemilik
otoritas tertinggi bagi hambanya dan akan menunjukkan jalan-jalan keislaman dan
keimanan bagi siapapun yang senantiasa terus mau berbagi dengan sesama.
Pertemuan
pertama dengan para mentee, kami ingin menghadirkan sesuatu yang ‘menggoda’
mereka. Karena kesan pertama akan menjadi pijakan ke langkah berikutnya. Usai mentoring perdana, kami mengevaluasi
kegiatan mentoring dari salam pembuka hingga penutup. Ternyata ada sesuatu hal
yang terlewat, semoga jadi catatan untuk pertemuan berikutnya. Kami berusaha
menangkap ekspresi wajah para saudara baru kami selama acara. Ada yang
semangat, ada yang datar, ada yang rasa ingin tahunya tinggi, dan ada pula yang
kurang atensinya. Inipun jadi catatan kami, perhatian seperti apa yang harus
kami persembahkan untuk saudara-saudara kami?
Pertemuan
selanjutnya, beberapa saudara baru kami tidak dapat hadir. Ada yang izin, ada
yang tidak. Demikianlah dinamikanya, kami berusaha mengedepankan khusnudhon,
semoga di pertemuan selanjutnya yang tidak berkesempatan hadir, dapat duduk kembali
bersama kami di lingkaran kecil ini. Lingkaran yang dinaungi sayap-sayap
malaikat yang tak terlihat oleh kasat mata, yang di sana para malaikat
mengamini do’a-do’a kita selama kita duduk khusyu’mengingatNya.
Pernah
diungkapkan dalam sebuah hadits ketika seorang shahabat bertanya kepada
Rasulullah, bagaimana dengan orang yang tidak memiliki kepentingan di suatu
majelis ilmu (bukan bagian dari mereka) atau yang datang hanya dengan membawa
diri saja? Rasul mengatakan bahwa merekapun tetap akan memperoleh keberkahan
darinya. Apalagi yang meniatkan sejak awal dan larut dalam nuansa ruhiyahnya?
Allahu akbar!
Selama pertemuan
indah itu, kami berusaha mengukir cinta di hati mereka, para mentee yang kami
sayangi. Cinta yang membekas di hati, cinta yang dalam karena Allah. Dan
berharap hati mereka beresonansi dengan hati kami. Menyatu dan melebur dalam
cintaNya.
Kami
senang, kala kami tak dapat menjawab pertanyaan mentee kami. Ini berarti, kami
harus menanyakan kepada orang yang lebih faham tentang hal itu. Dari situ
pulalah kami belajar. Kami senang, kala kami harus mencari ide-ide baru untuk
menyampaikan materi supaya mudah diterima oleh mereka. Kami senang, jika bacaan
alqur’an mereka lebih baik dari kami, berarti kami bisa belajar juga darinya.
Kami tak kan pernah malu untuk belajar dari mentee kami. Karena kamipun sedang
belajar. Tak ada perbedaan di lingkaran ini. Kami senang, kala ada sms dari
mentee, “Kak, kapan kita mentoring lagi? Aku menanti-nantikan perjumpaan kita
kembali” atau “Kak, aku telah belajar tentang sesuatu hal di mentoring kali
ini.” Allahu akbar! Sungguh indah kata-kata itu. Kamipun rindu dengan pertemuan
itu. Dan kesenangan itu, kami kembalikan kepadaNya yang telah memberkahi
aktivitas kami yang sederhana tapi penuh makna, mentoring.
Jika
Allah menitipkan nikmat kepada kami, kami ingin membagikannya pula kepada
mereka. Supaya merekapun dapat menikmatinya. Kami ingin, ukhuwah islamiyah
terbentuk di lingkaran mentoring ini. Kami saling mengenal, saling memahami,
saling menolong dan saling mendahulukan saudara satu sama lain (kecuali dalam
hal ibadah). Terbayang wajah mentee kami di do’a-do’a kami, mengharap
kebaikan-kebaikan juga melekat pada diri mentee-mentee kami. Kami berusaha
menerima apa yang ada di dalam diri mentee kami, dan berupaya menanamkan cinta
akan islam di hati mereka. Indahnya…,
Kami
malu jika datang terlambat. Kami malu jika tidak mampu memberikan keteladanan.
Kami malu jika mereka tidak dapat tumbuh-berkembang dengan baik. Kami malu
kepada Allah. Ketika kami harus membersihkan hati-hati mereka, maka kami harus
membersihkan hati kami terlebih dahulu. Dan senantiasa meminta kepada Allah
untuk diberikan rahmat dariNya, sehingga kami dimudahkan dalam menyampaikan
ilmu dan mereka dimudahkan dalam menerima sekaligus menginternalisasi ilmu.
Kami
tersenyum kala mentee kami memperoleh prestasi. Prestasi dalam peningkatan
ruhiyah, jasadiyah dan fikriyah. Kami bersedih jika mereka mengalami penurunan
prestasi. Kami ingin, mentee kami mengembangkan sayap kesuksesannya di jalan
yang diridhoi oleh Allah swt. Kami berharap, kami dikumpulkan kembali oleh
allah swt di syurgaNya kelak, dengan wajah yang berseri-seri. Dan kami
bersyukur kepada Allah yang sudah menautkan hati kami dengan mentee kami.
Karena kami tak kan mungkin dapat menautkan hati di antara kami meskipun kita
membeli hatinya dengan dunia seisinya. Jikapun ada orang yang merasa tertautkan
hatinya dengan orang lain bukan karena Allah, maka tautan hati itu akan lepas
di akhirat kelak dan akan menjadi musuh satu sama lain. Namun di mentoring ini,
kami ingin menguatkan tautan hati karena Allah semata, bukan karena yang lain.
Insya allah. Jika di pertengahan atau di akhirnya ada mentee kami yang
melepaskan diri, kami harap suatu saat Allah akan mengembalikannya ke lingkaran
ini dengan keadaan yang lebih baik.
Kanvas,
cat dan kuas yang berada di genggamanmu telah siap untuk membuat karya lukisan
yang menawan. Lalu, siapkah dirimu untuk menorehkan warna yang pertama dan
melanjutkan lukisan cintamu hingga akhir?
---teruntuk
para mentor yang masih menjaga kemurnian niatannya karena Allah dan menginginkan
perubahan---
Assalamu 'alaikum
BalasHapusMohon izin share via WA ya, untuk menyemangati saudara-saudara.
Saya cantumkan "Oleh: Gitahawarry"
Jazakumulloh